peraturan:sedbc:22bc2007
8 Nopember 2007
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
NOMOR SE - 22/BC/2007
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN HASIL TEMBAKAU,
PENYEDIAAN PITA CUKAI, PEMESANAN PITA CUKAI,
PENCACAHAN PITA CUKAI, DAN PENGEMBALIAN CUKAI
DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,
Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.04/2007 tentang Perubahan
Ketiga Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.04/2005 Tentang Penetapan Harga Dasar Dan Tarif
Cukai Hasil Tembakau, Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-30/BC/2007 tentang Perubahan
Ketiga Atas Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor 07/BC/2005 Tentang Tata Cara Penetapan Harga
Jual Eceran (HJE) Hasil Tembakau dan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-30/BC/2007 tentang
Penyediaan dan Pemesanan Pita Cukai Hasil Tembakau, dipandang perlu untuk mengatur Petunjuk Pelaksanaan
Penetapan Harga Jual Eceran Hasil Tembakau, Penyediaan Pita Cukai, Pemesanan Pita Cukai, Pencacahan Pita
Cukai, Dan Pengembalian Cukai dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai sebagai berikut:
A. Bahwa dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.04/2007 tersebut diatur hal yang baru
berkaitan dengan hasil tembakau antara lain:
1. Penyederhanaan golongan Pengusaha Pabrik dari 4 golongan menjadi 3 golongan untuk hasil
tembakau SKT dan TIS. Untuk hasil tembakau jenis KLB, KLM, dan SPT juga dilakukan
penggabungan golongan yaitu dari dua golongan menjadi satu golongan.
2. Ketentuan perihal HJE minimum dan tarif cukai Hasil tembakau jenis Sigaret Kretek Tangan
Filter (SKTF) disamakan HJE-nya dan tarif cukainya dengan hasil tembakau jenis SKM.
3. Tarif cukai advalorum hasil tembakau jenis SKM, SPM, dan SKT, diturunkan secara
proporsional dengan penambahan tarif cukai spesifik. Sebelumnya tarif cukai spesifik untuk
golongan I Rp 7, golongan II Rp 5, golongan III, IIIA, dan IIIB Rp 3, sedangkan mulai
1 Januari 2008 maka tarif cukai spesifik untuk hasil tembakau tersebut adalah Rp 35, kecuali
hasil tembakau jenis SKT golongan III (gabungan golongan IIIA dan IIIB) yaitu Rp 30.
4. Golongan pengusaha pabrik II dan III dapat menurunkan HJE yang berlaku paling tinggi 15%
dengan mengajukan permohonan. Penetapan tentang penurunan HJE paling lambat
dilaksanakan pada akhir Januari 2008, dengan tata cara penurunan HJE yang berlaku diatur
dalam P-30/BC/2007.
5. HJE minimum golongan I untuk hasil tembakau jenis SKM ditetapkan Rp 600,00, SPM ditetapkan
Rp 375,00, dan SKT ditetapkan Rp 520,00.
6. Hasil tembakau yang diimpor dikenakan tarif cukai tertinggi tanpa membedakan jenis hasil
tembakaunya dan tidak dapat menurunkan HJE yang berlaku.
B. Penetapan Harga Jual Eceran (HJE)
Penetapan HJE yang masih berlaku sudah harus dilakukan oleh Kepala Kantor paling lambat
30 Nopember 2007 untuk seluruh Pabrik hasil tembakau.
1. Penetapan Kembali HJE yang masih berlaku:
Penetapan HJE bagi Pengusaha Pabrik golongan I untuk jenis SKM, SPM, dan SKT yang tidak
mengalami perubahan HJE dilakukan oleh Kepala Kantor tanpa menunggu permohonan dari
Pengusaha Pabrik. Pengusaha pabrik golongan II dan III jenis SKM, SPM, dan SKT yang tidak
mengajukan permohonan penurunan HJE, Kepala Kantor menetapkan penetapan kembali
HJEnya.
Sebagai contoh:
a. Merek "A" jenis SKT isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan I,
dengan tarif cukai 22%. Penetapan HJE sebagai berikut:
HJE yang berlaku saat ini Rp 6,650,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 6,650,00 per
kemasan dengan tarif cukai 18%.
b. Merek "B" jenis SKM isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan I,
dengan tarif cukai 40%. Penetapan HJE sebagai berikut:
HJE yang berlaku saat ini Rp 8,050,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 8,050,00 per
kemasan dengan tarif cukai 36%.
c. Merek "C" jenis SPM isi 20 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan I,
dengan tarif cukai 40%. Penetapan HJE sebagai berikut:
HJE yang berlaku saat ini Rp 8,800. Penetapan HJEnya adalah Rp 8,800,00 per
kemasan dengan tarif cukai 34%.
d. Merek "D" jenis SKT isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan IIIA
(sekarang menjadi golongan III), dengan tarif cukai 8%. Penetapan HJE sebagai
berikut:
HJE yang berlaku saat ini Rp 4,650. Penetapan HJEnya adalah Rp 4,650,00 per
kemasan dengan tarif cukai 0%.
2. Penetapan penurunan HJE:
Pengusaha pabrik golongan II /golongan III hasil tembakau jenis SKM, SPM dan SKT yang
mengajukan permohonan penurunan HJE (dengan dilampiri dokumen CK-21A), Kepala Kantor
menetapkan penurunan HJE sesuai ketentuan yang berlaku.
Penghitungan:
HJE Baru = HJE per kemasan dikali 85% dibulatkan ke atas dalam kelipatan Rp 25,00 (dua
puluh lima rupiah).
Sebagai contoh:
Golongan II
a. Merek "E" jenis SKM isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan II,
dengan tarif cukai 36%. Penetapan HJE sebagai berikut:
HJE yang berlaku saat ini Rp 8,900,00. HJE Baru = Rp 8,900,00 x 85% = Rp 7.565,
dibulatkan per kemasan menjadi Rp 7.575,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 7.575,00
per kemasan dengan tarif cukai 35%.
b. Merek "F" jenis SPM isi 20 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan II,
dengan tarif cukai 36%. Penetapan HJE sebagai berikut:
HJE yang berlaku saat ini Rp 5,300,00. HJE Baru = Rp 5,300,00 x 85% = Rp 4.505,
dibulatkan per kemasan menjadi Rp 4.525,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 4.525,00
per kemasan dengan tarif cukai 20%.
c. Merek "G" jenis SKT isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan II,
dengan tarif cukai 16%. Penetapan HJE sebagai berikut:
HJE yang berlaku saat ini Rp 4,750,00. HJE Baru = Rp 4,750,00 x 85% = Rp 4,038
dibulatkan per kemasan menjadi Rp 4.050,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 4.050,00
per kemasan dengan tarif cukai 10%.
Golongan III
a. Merek " H " jenis SKM isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan III,
dengan tarif cukai 26%. Penetapan HJE sebagai berikut:
HJE yang berlaku saat ini Rp 5,300,00. HJE Baru = Rp 5,300,00 x 85% = Rp 4.505,
dibulatkan per kemasan menjadi Rp 4.525,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 4.525,00
per kemasan dengan tarif cukai 22%.
b. Merek "I" jenis SPM isi 20 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan III,
dengan tarif cukai 26%. Penetapan HJE sebagai berikut:
HJE yang berlaku saat ini Rp 5,700,00. HJE Baru = Rp 5,700,00 x 85% = Rp 4.845,
dibulatkan per kemasan menjadi Rp 4.850,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 4.850,00
per kemasan dengan tarif cukai 15%.
c. Merek "J" jenis SKT isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan IIIA
(sekarang menjadi golongan III), dengan tarif cukai 8%. Penetapan HJE sebagai
berikut:
HJE yang berlaku saat ini Rp 4,650,00. HJE Baru = Rp 4,650,00 x 85% = Rp 3,953
dibulatkan per kemasan menjadi Rp 3.975,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 3.975,00
per kemasan dengan tarif cukai 0%.
d. Merek "K" jenis SKT isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan IIIB
(sekarang menjadi golongan III), dengan tarif cukai 4%. Penetapan HJE sebagai
berikut:
HJE yang berlaku saat ini Rp 3,550,00. HJE Baru = Rp 3,550,00 x 85% = Rp 3,018,00
dibulatkan per kemasan menjadi Rp 3.025,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 3.025,00
per kemasan dengan tarif cukai 0%.
3. Penetapan HJE jenis SKTF:
Penghitungan:
a. Merek "L" jenis SKTF isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan IIIB
(sekarang menjadi golongan III), dengan tarif cukai 4%. Penetapan HJE sebagai
berikut:
HJE yang berlaku saat ini Rp 3,550,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 4,500,00
perkemasan dengan tarif cukai 22%. Penetapan HJE Rp 4.500 karena HJE minimum
golongan III SKTF adalah Rp 375,00 per batang. Sehingga HJE per kemasan adalah
Rp 375 X 12 = Rp 4.500 per kemasan.
b. Merek "M" jenis SKTF isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan
IIIB (sekarang menjadi golongan III), dengan tarif cukai 4%. Penetapan HJE sebagai
berikut:
HJE yang berlaku saat ini Rp 3,550,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 4,500,00 per
kemasan dengan tarif cukai 22%. Penetapan HJE Rp 4.500 karena HJE minimum
golongan III SKTF adalah Rp 375,00 per batang. Sehingga HJE per kemasan adalah
Rp 375 X 12 = Rp 4.500 per kemasan.
4. Penetapan HJE jenis TIS:
Penghitungan:
Merek "N" jenis TIS isi 85 gram, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan IIIB (sekarang
menjadi golongan III), dengan tarif cukai 4%. Penetapan HJE sebagai berikut:
HJE yang berlaku saat ini Rp 3,400,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 3,400,00 per kemasan
dengan tarif cukai 8%. Penetapan HJE Rp 3.400 karena HJE minimum golongan III TIS adalah
Rp 40,00 per gram, dan HJE tersebut tidak berada di bawah HJE minimum golongan III TIS.
5. Penetapan HJE jenis KLB:
Penghitungan:
Merek "O" jenis KLB isi 10 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan II (sekarang
tanpa golongan), dengan tarif cukai 4%. Penetapan HJE sebagai berikut:
HJE yang berlaku saat ini Rp 1,850,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 1,850,00 per kemasan
dengan tarif cukai 8%.
6. Penetapan HJE karena kenaikan HJE minimum golongan I:
Penghitungan:
Merek "P" jenis SKM isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan I, dengan
tarif cukai 40%. Penetapan HJE sebagai berikut:
HJE yang berlaku saat ini Rp 6,600,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 7,200,00 per kemasan
dengan tarif cukai 36%. Hal ini disebabkan HJE minimum golongan I SKM adalah Rp 600,00
sehingga per kemasan HJEnya adalah Rp 600,00 x 12 = Rp 7,200,00.
7. Sesuai Pasal 10A dan Pasal 10B Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor
P-30/BC/2007, Kepala Kantor segera melakukan penetapan HJE dengan menerbitkan
Keputusan Penetapan HJE dari Pengusaha Pabrik/Importir hasil tembakau, dengan ketentuan
Keputusan Penetapan HJE tersebut berlaku terhitung mulai tanggal 1 Januari 2008. Penetapan
HJE dimaksud diterbitkan paling lambat tanggal 31 Nopember 2007 untuk mengantisipasi
penyediaan pita cukai untuk bulan Januari 2008 (pengajuan P3C/ P3CT untuk bulan Desember
2007).
C. Penetapan HJE Hasil Tembakau Merek Baru
Penetapan HJE hasil tembakau merek baru untuk semua jenis hasil tembakau :
1. Tidak boleh lebih rendah dari HJE minimum sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II PMK
Nomor 43/PMK.04/2005 sebagaimana telah diubah terakhir dengan PMK Nomor 134/PMK.04/
2007.
2. Tidak boleh lebih rendah dari HJE atas merek hasil tembakau yang dimilikinya (HJE yang masih
berlaku untuk jenis yang sama) dan/ atau yang pernah dimilikinya (penetapan terakhir untuk
merek yang sama).
D. Batas Waktu Pelekatan, Pencacahan, Pengembalian Pita Cukai dan Penarikan Hasil Tembakau Dari
Peredaran Bebas
a. Batas waktu pelekatan pita cukai yang dipesan berdasarkan CK-1 bulan Juli s.d Desember
tahun 2007 paling lambat tanggal 10 Februari 2008.
b. Pencacahan sisa pita cukai yang dipesan berdasarkan CK-1 bulan Juli s.d Desember tahun
2007 yang tidak habis dilekatkan sampai batas waktu pelekatannya sebagaimana dimaksud
pada huruf a, dilakukan oleh Kantor Pelayanan Bea dan Cukai paling lambat tanggal 20
Februari 2008, dengan dibuatkan Berita Acara Pencacahan Pita Cukai (BACK-1).
c. BACK-1 sebagaimana dimaksud pada huruf b, wajib dikirim dari Kantor Pelayanan Bea dan
Cukai ke Kantor Pusat DJBC paling lambat tanggal 25 Februari 2008.
d. Sisa pita cukai yang dipesan berdasarkan CK-1 bulan Juli s.d Desember tahun 2007 yang tidak
habis dilekatkan sampai batas waktu pelekatan harus dikembalikan ke Kantor Pelayanan Bea
dan Cukai (PBCK-4) paling lambat tanggal 11 Maret 2008. Pengembalian sisa pita cukai setelah
melewati batas waktu tersebut tidak diberikan pengembalian cukai.
e. Penarikan hasil tembakau (CK-13) dari peredaran bebas untuk pemusnahan atau pengolahan
kembali hasil tembakau yang dilekati pita cukai yang dipesan berdasarkan CK-1 bulan Juli s.d
Desember tahun 2007 paling lambat tanggal 24 Juni 2008. Penarikan hasil tembakau setelah
melewati batas waktu tersebut, atas pemusnahan atau pengolahan kembali hasil tembakau
tidak diberikan pengembalian cukai.
E. Pencacahan Persediaan Pita Cukai Terkait Berakhirnya Batas Waktu Pelekatan Pita Cukai
Pencacahan dilakukan terhadap seluruh persediaan pita cukai yang masih berada pada Pengusaha
Pabrik / Importir, meliputi:
1. Pita cukai rusak yang belum dilekatkan pada hasil tembakau karena:
a. Kurang sempurna cetakannya;
b. Proses pemotongan; atau
c. Proses pelekatan.
2. Pita cukai yang tidak dipakai yang belum dilekatkan pada hasil tembakau karena:
a. Perubahan HJE, tarif, dan/atau desain pita cukai;
b. Pengusaha Pabrik / Importir tidak lagi memproduksi / mengimpor hasil tembakau
sesuai pita cukai yang telah dipesan; atau
c. Tidak sesuai dengan pesanan Pengusaha Pabrik / Importir.
F. Pengembalian Cukai
Terhadap permohonan pengembalian cukai yang diajukan Pengusaha Pabrik / Importir dan
direkomendasikan oleh Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai, khususnya atas pita cukai
yang dipesan setelah pemberlakuan tarif spesifik, agar diberikan keterangan tambahan berupa:
a. Alasan pengembalian;
b. Rincian nilai cukai yang dimohonkan pengembaliannya berdasarkan cukai telah dibayar karena
pengenaan tarif spesifik dan tarif advalorum;
c. Jumlah nilai pengembalian yang disetujui; dan
d. Besarnya biaya pengganti.
G. Penyediaan dan Pemesanan Pita Cukai
1. Penyediaan Pita Cukai.
a. Untuk kebutuhan pita cukai bulan Desember 2007;
P3CT, DP3CT, dan P3CT Izin Direktur Jenderal, diterima Subdit Pita Cukai Direktorat
Cukai KP DJBC paling lambat tanggal 26 Nopember 2007.
b. Untuk kebutuhan pita cukai bulan Januari 2008;
P3C dan DP3C, sudah dapat diterima Subdit Pita Cukai Direktorat Cukai KP DJBC
mulai tanggal 27 Nopember 2007 sampai dengan 10 Desember 2007.
2. Pemesanan Pita Cukai.
Pengajuan CK-1untuk kebutuhan pita cukai pada bulan Desember 2007:
a. Diterima di Kantor Pelayanan paling lambat tanggal 28 Desember 2007, dalam hal pita
cukai disediakan di Kantor Pelayanan; dan
b. Diterima di Subdit Pita Cukai paling lambat tanggal 28 Desember 2007, dalam hal pita
cukai disediakan di Kantor Pusat.
H. Lain-lain
Dalam rangka pergantian tahun anggaran 2007-2008, Kepala Kantor :
a. Harus meneliti secara seksama permohonan penyediaan dan/ atau pemesanan pita cukai atas
masing-masing pengusaha pabrik.
b. Dalam hal pada akhir Desember 2007 jumlah produksi (yang didasarkan atas pemesanan pita
cukai) suatu pabrik mengalami penurunan dan tidak mencapai batas bawah golongannya,
Kepala Kantor memberitahukan kepada pengusaha yang bersangkutan. Dan dalam hal
pengusaha pabrik mengajukan permohonan Penetapan Penurunan Golongan Pabrik, maka
Kepala Kantor menetapkan Penetapan Penurunan Golongan Pabrik sebelum pita cukai dipesan
dengan Dokumen Cukai CK-1 pertama kali pada tahun anggaran 2008.
Demikian disampaikan untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 8 Nopember 2007
DIREKTUR JENDERAL
ttd.
ANWAR SUPRIJADI
NIP 120050332
peraturan/sedbc/22bc2007.txt · Last modified: by 127.0.0.1