peraturan:sdp:191pj.522002
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK ___________________________________________________________________________________________ 27 Pebruari 2002 SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR S - 191/PJ.52/2002 TENTANG PERMOHONAN PEMBEBASAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Sehubungan dengan surat Saudara Nomor xxx tanggal 13 Januari 2002 beserta lampirannya hal sebagaimana tersebut pada pokok surat, dengan ini kami berikan penjelasan dan penegasan hal-hal sebagai berikut : 1. Dalam surat tersebut dijelaskan hal-hal sebagai berikut : 1.1 Pemerintah Tingkat 11 Kabupaten Kutai telah mengimpor barang berupa : 2 (dua) unit, Rice Processing Unit, sebagaimana terlampir dalam invoice Nomor : DWO11124A, DWO11125A dan Bill of Lading Nomor : NEOT0112001, NEOT0112069. Dengan pertimbangan barang tersebut akan digunakan untuk meningkatkan produksi hasil pertanian masyarakat di pedesaan sehingga menjadikan Kutai sebagai lumbung pangan Propinsi Kalimantan Timur; 1.2 Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Saudara mengajukan permohonan agar dapat diberikan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang tersebut. 2. Dalam Pasal 1 ayat (9) Undang-Undang Nomor 8 TAHUN 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 18 TAHUN 2000 (Undang-Undang PPN), diatur bahwa impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean; 3. Pasal 4 huruf b Undang-Undang PPN dan penjelasannya, diatur bahwa siapapun yang memasukkan Barang Kena Pajak (BKP) ke dalam Daerah Pabean tanpa mernperhatikan apakah dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya atau tidak, tetap dikenakan PPN dan PPn BM yang pelaksanaan pemungutannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; 4. Dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 143 TAHUN 2000 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 TAHUN 1983 Tentang PPN dan PPn BM Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang 18 TAHUN 2000 diatur bahwa atas impor Barang Kena Pajak yang berdarsarkan ketentuan, perundang-undangan Pabean dibebaskan dari pungutan Bea Masuk, Pajak yang terutang tetap dipungut kecuali ditetapkan lain berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan; 5. Pasal 2 butir 3 huruf j Keputusan Menteri Keuangan Nomor 231/KMK.03/2001 tanggal 30 April 2001 Tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Atas Impor Barang Kena Pajak Yang Dibebaskan Dari Pungutan Bea Masuk diatur bahwa Barang Kena Pajak yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk adalah barang yang diimpor oleh pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang ditujukan untuk kepentingan umum; 6. Selanjutnya dalam Pasal 4 butir 1 Keputusan Menteri Keuangan tersebut diatur bahwa apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak impor, Barang Kena Pajak yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk digunakan tidak sesuai dengan tujuan semula atau dipindahtangankan kepada pihak lain, baik sebagian atau seluruhnya, maka Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang seharusnya terutang harus disetor ke kas negara oleh Orang pribadi atau Badan yang melakukan importisasi. 7. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas serta memperhatikan isi surat saudara pada butir 1, dengan ini ditegaskan bahwa atas impor 2 (dua) unit, Rice Processing Unit yang dilakukan oleh Pemerintah Tingkat 11 Kabupaten Kutai, sepanjang barang impor tersebut dibebaskan dari pungutan Bea Masuk, maka Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang tidak dipungut. Demikian agar dimaklumi. A.n. Direktur Jenderal Pajak ttd. I Made Gde Erata NIP.060044249 Tembusan : 1. Direktur Jenderal Pajak. 2. Direktur Jenderal Bea dan Cukai. 3. Direktur Peraturan Perpajakan. 4. Kepala Kantor Wilayah X1 DP Kaltim dan Kalsel. 5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Samarinda.
peraturan/sdp/191pj.522002.txt · Last modified: 2023/02/05 06:25 by 127.0.0.1