User Tools

Site Tools


peraturan:kmk:251kmk.041995
             KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 
                    NOMOR 251/KMK.04/1995

                        TENTANG 

          PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 606/KMK.04/1994 
        TENTANG PENENTUAN TANGGAL JATUH TEMPO PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK, 
          TEMPAT PEMBAYARAN PAJAK, TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK, 
        SERTA TATA CARA PENGANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK 

                MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a.  bahwa untuk memberikan kepastian hukum dan ketertiban pelaksanaan pembayaran, penyetoran, 
    dan pelaporan, serta pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak, dipandang perlu untuk 
    mengubah Pasal 1, Pasal 5, dan Pasal 6 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 
    606/KMK.04/1994 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, 
    Tempat Pembayaran Pajak, Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak, serta Tata 
    Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak;
b.  bahwa oleh karena itu, perubahan tersebut ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

Mengingat :

1.  Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (1) dan Pasal 10 ayat (2) Undang-undang Nomor 6 TAHUN 1983 tentang 
    Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan 
    Lembaran Negara Nomor 3262) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 
    1994 (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3566);
2.  Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 606/KMK.04/1994 tanggal 21 Desember 
    1994 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Tempat 
    Pembayaran Pajak, Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara 
    Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak;

                       MEMUTUSKAN : 

Menetapkan :

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI 
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 606/KMK.04/1994 TENTANG PENENTUAN TANGGAL JATUH TEMPO 
PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK, TEMPAT PEMBAYARAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK, SERTA 
TATA CARA PENGANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK.


                        Pasal I

1.  Ketentuan Pasal 1 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 606/KMK.04/1994 tanggal 
    2 Desember 1994 diubah dan ditambah sehingga seluruhnya menjadi berbunyi sebagai berikut :

                        "Pasal 1

    (1) Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Undang-undang Nomor 7 Tahun 
        1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang 
        Nomor 10 TAHUN 1994, harus dibayar selambat-lambatnya tanggal lima belas bulan takwim 
        berikutnya setelah masa Pajak berakhir.

    (2) Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-undang Nomor 7 Tahun 
        1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang 
        Nomor 10 TAHUN 1994, harus disetor selambat-lambatnya tanggal sepuluh bulan takwim 
        berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

    (3) Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dan Pasal 26 Undang-undang 
        Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan 
        Undang-undang Nomor 10 TAHUN 1994, harus disetor selambat-lambatnya tanggal sepuluh 
        bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.

    (4) Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang dalam satu 
        Masa Pajak, harus disetor selambat-lambatnya tanggal lima belas bulan takwim berikutnya 
        setelah Masa Pajak berakhir.

    (5) Pajak Penghasilan Pasal 22, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan Atas Barang 
        Mewah atas impor, harus dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak bersamaan dengan saat 
        pembayaran Bea Masuk, dan apabila pembayaraan Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, 
        Pajak Penghasilan Pasal 22, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan Atas Barang 
        Mewah atas impor, harus dilunasi pada saat penyelesaian dokumen impor.

    (6) Pajak Penghasilan Pasal 22, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan Atas Barang
        Mewah atas impor yang pemungutannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea & Cukai, 
        harus disetor dalam jangka waktu sehari setelah pemungutan pajak dilakukan.

    (7) Pajak Penghasilan Pasal 22 yang pemungutannya dilakukan oleh Bendaharawan harus disetor 
        pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang yang dibiayai 
        dari Belanja Negara, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang telah diisi oleh dan atas 
        nama rekanan serta ditandatangani oleh Bendaharawan.

    (8) Pajak Penghasilan Pasal 22 dari penyerahan oleh Pertamina atas hasil produksinya, dari
        penyerahan bahan bakar minyak dan gas oleh  badan usaha lain, dan dari penyerahan gula 
        pasir dan tepung terigu oleh Badan Urusan Logistik, harus dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak 
        sebelum Surat Perintah Pengeluaran Barang (Delivery Order) ditebus.

    (9) Pajak Penghasilan Pasal 22 yang pemungutannya dilakukan oleh badan tertentu sebagai 
        Pemungut Pajak selain badan tersebut pada ayat (8), harus disetor selambat-lambatnya
        tanggal lima belas bulan takwim berikutnya setelah masa Pajak berakhir.

    (10)    Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang pemungutannya 
        dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah, harus disetor selambat-lambatnya tanggal tujuh
        bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

    (11)    Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang pemungutannya
        dilakukan oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai selain Bendaharawan Pemerintah, harus 
        disetor selambat-lambatnya tanggal lima belas bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak 
        berakhir.

    (12)    Pajak Pertambahan Nilai dari penyerahan gula pasir dan tepung terigu oleh Badan Urusan
        Logistik harus dilunasi sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak sebelum Surat Perintah Pengeluaran 
        Barang ( Delivery Order ) ditebus."


2.  Ketentuan Pasal 5 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 606/KMK.04/1994 tanggal 
    21 Desember 1994 diubah sehingga seluruhnya menjadi berbunyi sebagai berikut :

                        "Pasal 5

    (1) Pemotong dan Pemungut Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Pasal 22, 
        Pasal 23, dan Pasal 26 Undang-undang Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan 
        sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 TAHUN 1994, harus 
        memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda bukti pemungutan kepada orang pribadi atau 
        badan yang dibebani membayar Pajak Penghasilan yang dipotong atau dipungut dan khusus 
        untuk karyawan atau pegawai tetap, hanya diberikan bukti pemotongan tahunan selambat-
        lambatnya dua bulan setelah tahun takwim berakhir.

    (2) Tanda bukti pemotongan dan pemungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan 
        oleh Direktur Jenderal Pajak."


3.  Ketentuan Pasal 6 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 606/KMK.04/1994 tanggal 
    21 Desember 1994 diubah dan ditambah sehingga seluruhnya menjadi berbunyi sebagai berikut :

                        "Pasal 6

    (1) Wajib Pajak orang pribadi atau badan, baik yang melakukan pembayaran pajak sendiri
        maupun yang ditunjuk sebagai Pemotong atau Pemungut Pajak Penghasilan, Pajak 
        Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, sebagaimana dimaksud dalam 
        Pasal 1 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diwajibkan menyampaikan Surat
        Pemberitahuan Masa selambat-lambatnya dua puluh hari setelah Masa Pajak berakhir.

    (2) Pemungut Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (6) harus melaporkan hasil 
        pemungutannya secara mingguan selambat-lambatnya tujuh hari setelah batas waktu 
        penyetoran pajak berakhir.

    (3) Pemungut Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (7) harus melaporkan hasil 
        pemungutannya selambat-lambatnya empat belas hari setelah masa Pajak berakhir.

    (4) Pihak yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (8) dan 
        Pemungut Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (9) dan ayat (12) harus 
        menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa selambat-lambatnya dua puluh hari setelah Masa 
        Pajak berakhir.

    (5) Pemungut Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (10) harus melaporkan hasil
        pemungutannya selambat-lambatnya empat belas hari setelah Masa Pajak berakhir.

    (6) Pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (11) harus melaporkan hasil
        pemungutannya selambat-lambatnya dua puluh hari setelah Masa Pajak berakhir.

    (7) Surat Pemberitahuan Masa atau laporan hasil pemungutan pajak sebagaimana dimaksud pada 
        Pasal ini disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak, Pemotong Pajak atau 
        Pemungut Pajak terdaftar dan/atau dikukuhkan."


                        Pasal II

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 1 januari 1995.




Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 2 Juni 1995
MENTERI KEUANGAN,

ttd.

MAR'IE MUHAMMAD
peraturan/kmk/251kmk.041995.txt · Last modified: 2023/02/05 20:19 by 127.0.0.1