peraturan:0tkbpera:33a854e247155d590883b93bca53848a
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
___________________________________________________________________________________________
21 Juni 2005
SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR S - 560/PJ.52/2005
TENTANG
PPN ATAS JASA PERANTARA PENJUAL DENGAN PENYERAHAN BKP FOB SINGAPURA
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
Sehubungan dengan surat Saudara Nomor : XXX tanggal 10 Januari 2005 perihal Pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai untuk Penyerahan FOB Singapura dapat kami sampaikan hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam surat tersebut Saudara mengajukan penegasan atas beberapa hal sebagai berikut:
a. Dalam rangka melakukan perluasan usaha, Saudara akan melakukan penjualan kepada
pembeli di dalam negeri yang mendapatkan fasilitas PPN dan PPh Pasal 22 Impor.
b. Mekanisme atas penjualan tersebut dilakukan dengan penerbitan Surat Pesanan (Purchase
Order) oleh pembeli kepada Saudara, selanjutnya Saudara akan menerbitkan Surat Pesanan
kepada ABC.
c. Barang tersebut diimpor dengan Dokumen Impor dibuat atas nama pembeli dan pembeli akan
mengambil sendiri barang pesanannya di Singapura (FOB Singapore).
d. Atas penyerahan tersebut ABC akan melakukan penagihan kepada PT. XYZ, selanjutnya
PT. XYZ akan melakukan penagihan kepada pembeli;
e. Saudara berpendapat bahwa atas penjualan tersebut tidak perlu menerbitkan Faktur Pajak
karena sesuai dengan Pasal 4 huruf a Undang-undang Nomor 8 TAHUN 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 TAHUN 2000.
Atas rencana penjualan tersebut, Saudara mengajukan penegasan mengenai pendapat pada huruf e
di atas.
2. Undang-undang Nomor 8 TAHUN 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
undang Nomor 18 TAHUN 2000 antara lain mengatur sebagai berikut:
2.1. Pasal 1 antara lain:
- Angka 5, Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau
perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan
atau hak tersedia untuk dipakai termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan
barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari
pemesan.
- angka 6, Jasa Kena Pajak adalah jasa sebagaimana dimaksud dalam angka 5 yang
dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang ini.
- angka 17, Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai
Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.
- angka 19, Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak,
tidak termasuk pajak yang dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan harga
yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
2.2. Pasal 4 huruf a, Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak
di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. Dalam memori penjelasannya
disebutkan bahwa penyerahan barang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak,
b. barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud,
c. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean, dan
d. penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
2.3. Pasal 4 huruf c, Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Jasa Kena Pajak di
dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. Dalam memori penjelasannya
disebutkan bahwa penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
1) jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak,
2) penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean, dan
3) penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
2.4. Pasal 4A ayat (3) sebagaimana diatur lebih lanjut dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor
144 TAHUN 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa Yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan
Nilai menetapkan jenis-jenis jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, namun Jasa
perantara impor (mencarikan penjual) tidak termasuk dalam rincian jenis jasa yang tidak
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
4. Berdasarkan ketentuan-ketentuan pada butir 2 sampai dengan 3 serta memperhatikan isi surat
Saudara pada butir 1 di atas, dengan ini kami tegaskan sebagai berikut:
a. Atas Penjualan Barang Kena Pajak yang dilakukan oleh PT. XYZ kepada pembeli di Indonesia
yang penyerahannya dilakukan di luar Daerah Pabean melalui ABC sebagai penjual bagi
PT. XYZ tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai, sehingga atas transaksi tersebut tidak perlu
dibuat Faktur Pajak.
b. Perlu diketahui bahwa Saudara juga melakukan penyerahan jasa perantara impor
(mencarikan penjual di Luar Negeri) kepada pembeli yang Saudara maksud (dalam Daerah
Pabean) dan jasa tersebut tidak termasuk dalam rincian bukan Jasa Kena Pajak sebagaimana
yang dimaksud dalam butir 2.4 di atas sehingga atas penyerahan jasa tersebut terutang PPN
dan dibuatkan Faktur Pajak.
c. Atas penyerahan jasa sebagaimana disebutkan pada huruf b dikenakan Pajak Pertambahan
Nilai sebesar 10% (sepuluh persen) dengan Dasar Pengenaan Pajak sebesar imbalan yang
diterima PT. XYZ yaitu sebesar margin laba yang diperoleh atas penyerahan BKP tersebut.
Demikian untuk dimaklumi.
DIREKTUR,
ttd.
A. SJARIFUDDIN ALSAH
peraturan/0tkbpera/33a854e247155d590883b93bca53848a.txt · Last modified: by 127.0.0.1