peraturan:0tkbpera:2d6304a207cd9469f776e651e81ed7f8
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
___________________________________________________________________________________________
17 Juli 2001
SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR S - 880/PJ.52/2001
TENTANG
PERMOHONAN PEMBEBASAN PPN DAN PPh UNTUK BARANG IMPOR POLRI
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
Sehubungan dengan surat Saudara Nomor : xxxxxxxx tanggal 2 Mei 2001 hal sebagaimana tersebut pada
pokok surat, dengan ini disampaikan hal-hal sebagai berikut :
1. Dalam surat tersebut secara garis besar disebutkan bahwa Polri mengimpor Alat Kesehatan Polri dari
Spanyol yang berasal dari bantuan lunak Pemerintah Spanyol yang akan digunakan untuk Peningkatan
Fasilitas Kesehatan RS. Polri. Sehubungan dengan hal tersebut Polri mengajukan permohonan
pembebasan PPN dan PPh atas barang impor tersebut.
2. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 6 TAHUN 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun
2000 penjelasannya, diatur bahwa unit tertentu dari Badan Pemerintah tidak termasuk sebagai Subjek
Pajak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. dibiayai dengan dana yang bersumber dari APBN atau APBD;
c. penerimaan lembaga tersebut dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Daerah; dan
d. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.
3. Dalam Pasal 3 ayat (1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 254/KMK.03/2001 tanggal 30 April 2001
tentang Penunjukkan Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22, Sifat dan Besarnya Pungutan serta
Tatacara Penyetoran dan Pelaporannya, diatur bahwa dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22
impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
tidak terutang Pajak Penghasilan dan impor barang-barang tertentu yang dibebaskan dari pungutan
Bea Masuk dan Pajak Pertambahan Nilai.
4. Berdasarkan Pasal 2 ayat (3) huruf c Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 231/KMK.03/2001 tentang
Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Atas Impor Barang Kena
Pajak Yang Dibebaskan Dari Pungutan Bea Masuk tanggal 30 April 2001, diatur bahwa atas impor
barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial atau kebudayaan, PPN dan PPn BM
yang terutang tidak dipungut sepanjang dibebaskan dari Bea Masuk. Selanjutnya dalam Pasal 3 diatur
bahwa tata cara dan pelaksanaan PPN dan PPn BM tidak dipungut dilaksanakan oleh Direktur Jenderal
Bea dan Cukai.
5. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, dengan ini ditegaskan bahwa atas impor Alat
Kesehatan Polri dari Spanyol oleh Kepolisian Republik Indonesia :
5.1. Apabila impor alat kesehatan Polri sebagaimana dimaksud dalam butir 1 dilakukan oleh Rumah
Sakit Polri, maka tidak termasuk sebagai impor barang yang dikecualikan dari pemungutan
Pajak Penghasilan Pasal 22;
5.2. Apabila impor tersebut dilakukan oleh Polri, maka sepanjang Polri merupakan unit tertentu dari
badan pemerintah yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam butir 2.1. dan
peralatan tersebut diperuntukkan bagi kepentingan Polri, maka atas impor tersebut tidak
dipungut PPh Pasal 22;
5.3. Apabila impor tersebut dilakukan oleh importir lain dengan Polri sebagai indentor, maka importir
yang bersangkutan diwajibkan terlebih dahulu menyetor PPh Pasal 25 sebesar 15% (lima belas
persen) dari handling fee yang diterima;
5.4. PPN dan PPn BM yang terutang atas impor barang tersebut tidak dipungut sepanjang
dibebaskan dari Bea Masuk. Adapun pelaksanaannya dilakukan oleh Direktur Jenderal Bea dan
Cukai.
Demikian untuk dimaklumi.
Direktur Jenderal Pajak
ttd.
Hadi Poernomo
NIP. 060027375
Tembusan :
1. Direktur Jenderal Bea dan Cukai
2. Direktur PPN dan PTLL
3. Direktur Peraturan Perpajakan
4. Direktur Pajak Penghasilan
peraturan/0tkbpera/2d6304a207cd9469f776e651e81ed7f8.txt · Last modified: by 127.0.0.1