DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
___________________________________________________________________________________________
28 September 2001
SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR S - 1194/PJ.51/2001
TENTANG
PENGENAAN PPnBM UNTUK ANGKUTAN UMUM (TAKSI)
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
Sehubungan dengan surat Saudara nomor xxxxxx tanggal 28 Juli 2001 hal Restitusi PPn BM, dengan ini
diberitahukan hal-hal sebagai berikut :
1. Dengan surat tersebut Saudara memohon petunjuk bagaimana cara pembebasan PPn BM untuk
kendaraan bermotor yang akan digunakanuntk taksi sehubungan dengan rencana pembelian
kendaraan yang akan digunakan sebagai kendaraan angkutan umum taksi oleh perusahaan taksi
dengan harga minum PPn BM.
2. Sesuai Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 145 TAHUN 2000 tentang Kelompok Barang Kena
Pajak yang tergolong Mewah yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 TAHUN 2001 jo. Pasal 6 ayat (1) Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 569/KMK.04/2000 tentang Jenis Kendaraan Bermotor yang Dikenakan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 460/KMK.03/2001 diatur antara lain bahwa atas impor atau penyerahan kendaraan bermotor
di dalam Daerah Pabean yang digunakan untuk angkutan umum dibebaskan dari pengenaan PPn BM.
3. Sesuai Pasal 5 dan Pasal 7 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 586/PJ/2001 tanggal 29 Agustus
2001 tentang Pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Kendaraan Bermotor Dan Tatacara
Pemberian Serta Penatausahaan Pembebasan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Atas Impor Atau
Penyerahan Kendaraan Bermotor, dijelaskan antara lain bahwa :
a. Pembeli kendaraan bermotor yang atas impor atau penyerahannya dibebaskan dari
pengenaan PPn BM ternyata telah dipungut PPn BM, dapat mengajukan permohonan restitusi
PPn BM yang telah dibayarnya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak di tempat yang
bersangkutan dikukuhkan.
b. Pihak yang menyerahkan kendaraan bermotor yang tergolong mewah kepada pembeli yang
mempunyai Surat Keterangan Bebas (SKB) PPn BM dapat mengajukan permohonan restitusi
atas PPn BM yang telah dipungut sebelumnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Sesuai lampiran 1 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 586/PJ./2001 tanggal 29 Agustus
2001, diatur antara lain bahwa atas permohonan pembeli kendaraan yang akan digunakan untuk
angkutan umum, Direktur Jenderal Pajak c.q. Kepala Kantor Pelayanan Pajak di tempat pemilik
kendaraan berdomisili dapat menerbitkan Surat Keterangan Bebas Pajak Penjualan atas Barang
Mewah, dengan dilengkapi dokumen-dokumen sebagai berikut :
a. Fotokopi kartu NPWP;
b. Perjanjian jual-beli kendaraan bermotor angkutan umum yang memuat keterangan -
keterangan antara lain nama penjual, nama pembeli, jenis dan spesifikasi kendaraan yang
dibeli;
c. Ijin Usaha dan Ijin Trayek yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang (untuk kendaraan
angkutan umum selain taksi) atau Persetujuan (ijin) Prinsip yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Daerah setempat (untuk taksi);
d. Surat pernyataan yang menyatakan bahwa kendaraan dimaksud tidak akan diubah
penggunaannya dan apabila ternyata diubah, bersedia dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
5. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut pada butir 2 sampai dengan 4 dan memperhatikan isi surat
Saudara pada butir 1, dengan ini diberitahukan hal-hal sebagai berikut :
a. Atas penyerahan kendaraan bermotor yang digunakan untuk kendaraan angkutan umum
(taksi) dapat dibebaskan dari pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah melalui
mekanisme SKB PPn BM;
b. Untuk memperoleh Surat Keterangan Bebas PPn BM, pembeli kendaraan bermotor yang akan
digunakan untuk angkutan umum mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak
c.q. Kepala Kantor Pelayanan Pajak di tempat pemilik kendaraan (pembeli) berdomisili,
dengan dilengkapi dokumen-dokumen sebagaimana tersebut dalam butir 4;
c. Atas penyerahan kendaraan bermotor dari L Motor kepada pembeli yang mempunyai SKP
PPn BM, L Motor tidak perlu membebankan PPn BM yang telah dipungut sebelumnya kepada
pembeli, akan tetapi L Motor dapat mengajukan permohonan restitusi atas PPn BM yang telah
dipungut sebelumnya tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak di tempat L Motor dikukuhkan.
Demikian agar Saudara maklum.
a.n. Direktur Jenderal Pajak
Direktur Pajak Pertambahan Nilai
Dan Pajak Tidak Langsung Lainnya
ttd.
I Made Gde Erata
NIP. 060044249
Tembusan :
1. Direktur Jenderal Pajak.
2. Direktur Peraturan Perpajakan.
3. Kepala Kantor Wilayah IX DJP Jawa Timur