DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
___________________________________________________________________________________________
6 Agustus 1990
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE - 23/PJ.43/1990
TENTANG
PEMOTONGAN PPh PASAL 21, PASAL 23 DAN PASAL 26 SERTA PEMUNGUTAN PPh PASAL 22 OLEH
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DAN BENDAHARAWAN PEMERINTAH
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
Berkenaan dengan adanya pertanyaan yang diajukan oleh Kantor Pelayanan Pajak dan Bendaharawan
Pemerintah mengenai berlakunya Surat Edaran Bersama Direktorat Jenderal Anggaran dan Direktorat
SE-69/A/1988
Jenderal Pajak No. ---------------- tanggal 21 Juli 1988 tentang Pungutan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23
SE-37/PJ/1988
dan PPh Pasal 26 oleh Direktorat Jenderal Anggaran dan Bendaharawan Pemerintah, dengan ini
ditegaskan hal-hal sebagai berikut :
1. Sebagaimana diketahui, berdasarkan ketentuan Undang-undang PPh 1984, Bendaharawan Pemerintah
berkewajiban untuk memotong Pajak Penghasilan Pasal 21, Pasal 23 dan Pasal 26 tanpa memerlukan
penunjukan dari Direktorat Jenderal Pajak sebagai wajib potong. Dengan adanya kewajiban
pemotongan PPh tersebut, Direktorat Jenderal Anggaran dan Direktorat Jenderal Pajak melalui Surat
SE-69/A/1988
Edaran Bersama No. ----------------- tanggal 21 Juli 1988
SE-37/PJ/1988
memberikan petunjuk khusus bagi Bendaharawan Pemerintah mengenai tata cara pemotongan PPh
Pasal 21, Pasal 23 dan Pasal 26.
Selain kewajiban pemotongan PPh tersebut di atas, dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
382/KMK.04/1989 tanggal 20 April 1989, Bendaharawan Pemerintah ditunjuk sebagai Wajib Pungut
PPh Pasal 22 atas pembayaran yang telah dilakukan untuk barang dan jasa dari Anggaran Belanja
Negara.
2. Surat Edaran Bersama tersebut merupakan petunjuk bagi Bendaharawan Pemerintah mengenai tata
cara dan tata usaha pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21, PPh Pasal 23 atau Pasal 26 Undang-
undang Pajak Penghasilan 1984 atas pembayaran yang dilakukannya kepada Wajib Pajak yang
berasal dari belanja negara.
Adapun atas pembayaran-pembayaran lainnya yang bukan merupakan obyek PPh Pasal 21, Pasal 23
atau Pasal 26, Bendaharawan Pemerintah tetap berkewajiban memungut PPh Pasal 22 yang tata cara
pemungutannya telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 965/KMK.04/1983 tanggal
31 Desember 1983, No. 258/KMK.04/1985 tanggal 11 Maret 1985 dan No. 573/KMK.04/1985 tanggal
8 Juli 1985 yang kesemuanya telah diganti dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
382/KMK.04/1989 tanggal 20 April 1989.
3. Berdasarkan butir 1 dan 2 di atas maka menjadi jelas bahwa landasan hukum pemotongan PPh Pasal
21, Pasal 23 dan Pasal 26 serta pemungutan PPh Pasal 22 oleh Bendaharawan Pemerintah adalah
Undang-undang Pajak Penghasilan 1984.
4. Petunjuk pelaksanaan tentang tata cara pemotongan/pemungutannya dapat diringkaskan seperti
tersebut di bawah ini.
Bendaharawan Pemerintah berkewajiban untuk :
a. memotong PPh Pasal 21, Pasal 23 atau Pasal 26 yang tata caranya ditentukan dalam Surat
SE-69/A/1988
Edaran Bersama No. ----------------- tanggal 21 Juli 1988;
SE-37/PJ/1988
b. memungut PPh Pasal 22 yang tata caranya ditentukan dalam Keputusan Menteri Keuangan
No. 382/KMK.04/1989 tanggal 20 April 1989 beserta peraturan pelaksanaannya atas
pembayaran-pembayaran sehubungan dengan penghasilan yang bukan merupakan obyek
PPh Pasal 21, Pasal 23 atau Pasal 26.
5. Harap Saudara melanjutkan Surat Edaran ini kepada para Bendaharawan Pemerintah Daerah Tingkat
I dan II serta memantau pelaksanaannya.
Demikian agar menjadikan perhatian Saudara.
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
ttd.
Drs. MAR'IE MUHAMMAD